![]() |
Chines Muslim |
A.
Latar Belakang
Republik Rakyat Tiongkok (Hanzi
Sederhana: 中华人民共和国; Hanzi Tradisional: 中華人民共和國; Pinyin: Zhōnghuá Rénmín Gònghéguó; Pe̍h-ōe-jī: Tiong-hôa Jîn-bîn Kiōng-hô-kok, disingkat RRT atau Tiongkok;
literal: Republik Rakyat Tionghoa) adalah sebuah negara yang terletak di Asia
Timur yang beribukota
di Beijing. Negara ini memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia(sekitar 1,35 milyar jiwa) dan luas wilayah 9,69 juta kilometer
persegi, menjadikannya negara ke-4 terbesar di dunia.Negara ini didirikan pada tahun 1949 setelah berakhirnya Perang Saudara Tiongkok, dan sejak saat itu dipimpin oleh sebuah partai tunggal, yaitu Partai Komunis Tiongkok (PKT). Sekalipun seringkali dilihat sebagai negara komunis, kebanyakan ekonomi republik ini telah diswastakan sejak tahun 1980-an. Walau bagaimanapun, pemerintah masih
mengawasi ekonominya secara politik terutama dengan perusahaan-perusahaan milik
pemerintah dan sektor perbankan. Secara politik, ia masih tetap menjadi
pemerintahan satu partai.[1]
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dengan populasi melebihi
1,363 miliar jiwa (diperkirakan pada tahun 2014), yang mayoritas merupakan
bangsa Tionghoa.
Untuk menekan jumlah penduduk, pemerintah giat menggalakkan kebijakan satu anak. Tiongkok merupakan istilah yang digunakan untuk merujuk kepada kawasan di
bawah pemerintahan RRT dan tidak termasuk kawasan administrasi khusus Hong Kong dan Makau, sementara nama Republik
Tiongkok mengacu pada entitas lain yang dulu pernah menguasai
Tiongkok sejak tahun 1912 hingga kekalahannya pada Perang Saudara Tiongkok.
Saat ini Republik Tiongkok hanya menguasai pulau Taiwan, dan beribukota di
Taipei, oleh karena itu lazim disebut Tionghoa
Taipei, terutama dalam even-even olahraga. RRT mengklaim wilayah
milik Republik Tiongkok (yang umum dikenal dengan
Taiwan) namun tidak memerintahnya, sedangkan Republik Tiongkok mengklaim
kedaulatan terhadap seluruh Tiongkok daratan yang saat ini dikuasai RRT.[2]
Tiongkok memiliki ekonomi paling besar dan paling kompleks di dunia
selama lebih dari dua ribu tahun, beserta dengan beberapa masa kejayaan dan
kejatuhan. Sejak diperkenalkannya reformasi ekonomi tahun 1978, Tiongkok menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi
tercepat di dunia. Per 2013, negara ini menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia
berdasarkan total nominal GDPdan PPP, serta menjadi eksportir dan importir terbesar di
dunia. Tiongkok adalah negara yang memiliki senjata nuklir dan
memiliki tentara aktif
terbesar dunia, dengan belanja
militer terbesar kedua dunia.RRT menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1971, di mana ia menggantikan Republik Tiongkok
sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Tiongkok juga menjadi anggota berbagai macam organisasi lain
seperti WTO, APEC, BRICS, Shanghai Cooperation
Organization, BCIM dan G-20. Tiongkok adalah kekuatan besar di Asia, dan menjadi superpower
yang potensial menurut beberapa pengamat.[3]
RRT ialah negara terbesar ke-3 di dunia setelah Rusia, Kanada, dan wilayahnya mencakup daratan yang sangat luas di bekas Peradaban Lembah
Sungai Kuning. Di
timur, bersama dengan pantai Laut
Kuning dan Laut Tiongkok Timur, ditemukan luas dan padat yang di tempati lapangan tanah baru; pesisir Laut Tiongkok Selatan lebih bergunung-gunung dan Tiongkok bagian selatan didominasi
daerah berbukit dan jajaran gunung yang lebih rendah. Di bagian tengah timur
ditemukan delta 2 sungai utama Tiongkok, Huang He (Sungai Kuning) dan Chang
Jiang (Sungai
Panjang). Sungai-sungai utama lainnya ialah Zhu Jiang, Songhua Jiang, Mekong, Brahmaputra dan Amur.[4]
Ke barat, jajaran gunung yang utama, khususnya Himalaya dengan titik tertinggi di Tiongkok Gunung
Everest, dan ciri-ciri
plato tinggi di antara bentang daratan yang lebih kering dari gurun seperti Takla-Makan dan Gurun
Gobi. Sebab kemarau panjang dan barangkali pertanian yang rendah membuat badai
debu telah
menjadi biasa dalam musim semi di Tiongkok. Menurut Badan Perlindungan
Lingkungan Tiongkok, Gurun Gobi telah dikembangkan dan merupakan sumber utama
badai debu yang mempengaruhi Tiongkok dan bagian Asia Timur Laut lainnya
seperti Korea dan Jepang. Pasir dari kawasan utara telah dilaporkan sampai ke pantai
barat Amerika
Serikat. Pengurusan
air sungai (seperti pembuangansisa tinja, pencemaran oleh kilang, dan ekstraksi
air untuk irigasi dan minuman) dan penyusutan tanah bukit telah mengakibatkan
dampak buruk pada negara lain.[5]
Demografi. Secara resmi RRT memandang dirinya sendiri sebagai satu
bangsa (Tionghoa)
yang multi-etnis dengan 56 etnisitas yang
diakui. Mayoritas etnis Han menyusun hampir 93% populasi; bagaimanapun merupakan
mayoritas dalam hanya hampir setengah daerah Tiongkok. Penduduk bangsa Han
sendiri heterogen, dan bisa dianggap sebagai kumpulan berbagai etnik yang
mengamalkan budaya dan bercakap bahasa yang sama. Kebanyakan suku Han bertutur
macam-macam bahasa
vernakular Tionghoa, yang bisa dilihat sebagai 1 bahasa atau
keluarga bahasa. Subdivisi terbesar bahasa Tionghoa yang diucapkan ialah bahasa Mandarin,
dengan lebih banyak pembicara daripada bahasa lainnya
di dunia.
Versi standar Mandarin yang didasarkan pada dialek Beijing, dikenal
sebagai Putonghua,
diajarkan di sekolah dan digunakan sebagai bahasa resmi di seluruh negara.[6]
Revolusi Komunis di negara ini sejak tahun 1949 meninggalkan
kesan yang besar yaitu hampir 59% penduduknya (lebih kurang 767 juta orang)
menjadi Ateis atau
tidak percaya Tuhan. Namun lebih kurang 33% dari mereka percaya kepada
kepercayaan tradisi atau gabungan kepercayaan Buddha dan Taoisme. Penganut agama terbesar di negara ini ialah Buddha
Mahayana yang berjumlah 100 juta orang. Di samping itu, Buddha
Theravada dan Buddha
Tibet juga
diamalkan oleh golongan minoritas etnis di perbatasan barat laut negara ini.
Selain itu diperkirakan terdapat 1,7 % penduduk Islam (kebanyakan Sunni) dan 2,3 % Kristen di
negara ini.[7]
Negara ini telah lama mengalami masalah pertumbuhan penduduk. Dalam usaha
membatasi perkembangan populasinya,
RRT telah mengambil kebijakan yang membatasi keluarga di perkotaan (etnis
minoritas non-Han dikecualikan) menjadi 1 anak dan keluarga
di pedalaman boleh memiliki 2 anak, ketika yang pertama wanita. Karena lelaki
dianggap lebih bernilai ekonomis di daerah pedesaan, muncullah insiden tinggi
mengenai aborsi selektif jenis kelamin dan penolakan anak di daerah pedesaan buat memastikan bahwa anak kedua ialah
lelaki. Dasar ini hanyalah untuk penduduk mayoritas bangsa Han. Terdapat banyak
rumah anak yatim untuk anak-anak telantar ini, akan tetapi hanya 2% saja yang
dijadikan anak angkat oleh orang lain. Yang selebihnya pula besar di rumah anak
yatim itu. RRT telah mengintitusikan program pengambilan anak angkat
internasional, di mana penduduk negara lain datang untuk mengangkat mereka,
tetapi program ini metampakkan hasil yang tidak memuaskan.[8]
Tahun 2000 berlalu dengan perbandingan
jenis kelamin 117 lelaki : 100 perempuan yang tinggi
berbanding perbandingan biasa (106:100) tetapi bisa dibandingkan dengan
sebagian tempat seperti Kaukasus dan Korea
Selatan. Walaupun
perbandingan ini dikatakan ada karena seksisme,
baru-baru ini ia dikaitkan dengan penyakit hepatitis juga. Pemerintah RRT
sedang mencoba mengurangi masalah ini dengan menekankan harkat para wanita dan
telah melangkah sepanjang mencegah penyedia medis dari memperlihatkan pada para
orang tua jenis kelamin bayi yang diharapkan. Hasil perbandingan yang tidak
seimbang ini mewujudkan 30-40 juta lelaki yang tidak bisa mendapatkan pasangan
hidup. Banyak dari lelaki ini yang mencari gadis idaman mereka di negara lain
atau di pusat-pusat pelacuran. Dalam beberapa kasus, gadis-gadis diculik dan
dijual sebagai isteri di perkampungan yang jauh.[9]
Sebagai negara yang masih terletak di bagian benua Asia, Tiongkok
merupakan salah satu negara yang lebih maju dari Indonesia dan berlokasi di
regional Asia Timur. Letak geografis Tiongkok lebih dekat ke Indonesia
dibandingkan negara-negara Eropa atau Amerika serta Australia. [10]
Keadigdayaan Tiongkok sebagai negara dengan landasan ekonomi yang
stabil diperkuat lagi oleh peranan Tiongkok dalam menjalin kerja sama dengan
Indonesia. Proses kerja sama ekonomi merupakan salah satu bentuk komunikasi
internasional yang dipertahankan oeh Tiongkok terhadap Indonesia. Termasuk
dengan memberi peluang pendidikan ke Tiongkok.[11]
Terlepas dari pemaparan di atas, bahwa di Tiongkok ditemukan
komunitas muslim Indonesia yang tinggal di sana. Khususnya di Nanjing Provinsi
Jiangsu China Timur.
Nanjing atau dulu dieja Nanking (Hanzi: 南京, Pinyin: Nánjing, Wade-Giles: Nan-ching; Pinyin Sistem Pos: Nanking) adalah ibu kota
provinsi Jiangsu di Republik Rakyat Tiongkok. Terletak di selatan Sungai
Yangtze di 32°03'
LU, 118°47' BT. Nanjing adalah kota kedua terpenting (setelah Shanghai) di Tiongkok.[12]
Nanjing dikenal sebagai "Ibu kota Ilmu, Sains, Kebudayaan,
Kesenian dan Pariwisata". Telah terkenal sebagai pusat kebudayaan dan Ilmu
di Tiongkok selama lebih seribu tahun lamanya. Adalah salah satu dari empat ibu
kota kuno Tiongkok dan menjadi ibu kota sepuluh dinasti dan atau kerajaan. Juga
dikenal sebagai "Ibu kota Surga". Telah menjadi pusat politik dan
ekonomi bagi daerah delta sungai Yangtze selama beratus-ratus tahun. Nanjing
juga adalah penghubung pengangkutan di bagian timur Tiongkok dan kawasan muara
sungai Yangtze. Nanjing ialah sebuah kota wisata yang terkenal, dengan banyak
tempat bersejarah.[13]
Menemukan komunitas muslim di Nanjing merupakan salah satu diaspora
bangsa Indonesia. Diaspora adalah (bahasa
Yunani kuno: διασπορά,
"penyebaran atau penaburan benih")digunakan (tanpa huruf besar) untuk
merujuk kepada bangsa atau penduduk etnismanapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai
bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan
budaya mereka.[14]
Diaspora
Indonesia atau Orang Indonesia perantauan (bahasa Inggris: Indonesian
Diaspora) adalah orang-orang Indonesia yang menetap di luar Indonesia. Istilah ini berlaku bagi orang-orang yang
lahir di Indonesia dan berdarah Indonesia yang menjadi warga negara tetap
ataupun menetap sementara di negara asing.[15]
Sebagai aset bangsa yang
potensial, kaum diaspora merupakan golongan yang mempunyai karakteristik
tersendiri karena mereka adalah orang-orang yang terbiasa dalam kompetisi global.[16]
Sejak zaman dahulu orang yang berasal dari berbagai etnis yang ada di Indonesia
(dulu disebut nusantara) pergi meninggalkan kampung halamnya ke berbagai
wilayah mencari kehidupan yang diharapkan lebih baik. Baik seperti etnis Aceh,
Bugis, Jawa, Madura, Madailing, Minangkabau, dan lainnya yang keturunanya
berkembang biak di tanah asing.[17]
Faktor yang melatar belakangi
diaspora bangsa Indonesia, diantaranya:
·
Perdagangan klasik, seperti penghijrahan orang-orang Minangkabau, Bugis, Jawa,
Banjar, Bawean, dan lainnya ke tanah semenanjung ketika jayanya Kesultanan Malaka. Keturunan mereka kemudian hari ikut membentuk masyarakat Malaysia
sekarang, dan juga dalam jumlah yang lebih sedikit menjadi masyarakat Singapura
saat ini.
·
Peperangan, seperti yang terjadi pada masyarakat Mandailing dan Minangkabau
yang hijrah ke semenanjung Malaya untuk menghindari Perang
Padri yang
berkecamuk di wilayah Tapanuli dan Minangkabau.
·
Harapan yang lebih baik tentang kehidupan di negeri Belanda dan Eropa pada umumnya, seperti yang terjadi pada masyarakat Maluku yang banyak hijrah ke Belanda pada masa awal kemerdekaan.
·
Globalisasi, di mana sekat antar-bangsa sudah makin cair. Pada masa ini hampir
semua etnis di Indonesia, seperti suku Aceh, Bali, Batak, Bugis, Jawa, Minahasa, Minangkabau, Sunda, Tionghoa-Indonesia, dan lainnya bisa berada di mana saja di dunia ini. Mereka mencari
kehidupan sebagai profesional, pengusaha, dan pelayanan jasalainnya. Kini diperkirakan ada sekitar 7 hingga 8 juta orang
Indonesia yang tersebar di berbagai penjuru dunia.[18]
Penegrtian diaspora, sejarah diaspora, dan faktor yang melatar
belakangi diaspora Indonesia yang dijelaskan diatas merupakan salah satu fakta
yang terjadi dalam kehidupan di dunia. Dalam latar belakang ini peneliti ingin
memaparkan permasalahan yang akan dibahas untuk diteliti lebih lanjut. Maka
dari pemaparan atau penjelasan diatas peneliti ingin membahas tentang muslim
Indonesia yang ada di Nanjing China Timur pada tahun 2014-2017. Peneliti
beranggapan ini unik untuk diteliti karena hal ini tidak jauh berbeda dengan
komunitas-kominitas yahudi yang ada di suatu negara yang notabenya bukan tanah
air mereka. Sudah dijelaskan diatas bahwa China atau Tiongkok merupakan negara
komunis yang tentu akan banyak perbedaan mendalam tentang ideologi dengan
Islam. Belum diketahui pasti pada tahun berapa muslim Indonesia memulai
migrasinya ke negeri tirai bambu.
Peneliti akan melihat lebih jauh bagaimana kehidupan muslim
Indonesia di Nanjing Provisi Jiangsu China Timur pada tahun 2014-2017. Pokok
pembahsan yang akan dibahas oleh peneliti akan dipaparkan di sub menu
berikutnya yang merupakan dari batasan dan rumusan masalah.
Dari pemaparan di atas peneliti merumuskan masalah, sebagai
berikut:
B.
Batasan dan Rumusan Masalah
Pembahasan
dalam proposal penelitian ini akan terfokus pada kehidupan muslim Indonesia
yang berada di China khususnya Nanjing Provinsi Jiangsu China Timur. Meliputi
sejarah kehidupan sosial, dan keagamaan pada tahun 2014-2017. Maka peneliti
akan merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana kehidupan sosial dan keagamaanmuslim Indonesia di Nanjing
Provinsi Jiangsu China Timur tahun (2014-2017)
2.
Bagaimana peranan muslim Indonesia di Nanjing Provinsi China Timur
dalam mempererat persaudaraan sesama muslim indonesia.
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk menjelaskan dinamika kehidupan sosial-keagamaan muslim Indonesia di Nanjing Provinsi Jiangsu China Timur tahun
(2014-2017), karena bagaimanapun muslim Indonesia di Nanjing Provinsi Jiangsu
China Timur merupakan etnis minoritas (golongan sosial yang jumlah warganya
jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan golongan lain dalam suatu masyarakat).[19]yang
berbeda ideologi dengan pemerintah serta bukan asli penduduk dari daerah
tersebut.
Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan sejarah islam modern. Pasalnya, penelitian
tentang muslim yang hidup di negara-negara yang muslimnya minortas masih belum
banyak disentuh oleh sejarawan
Indonesia. Oleh karena itu, ini merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk
sedikit memberikan atention terhadap kajian sejarah islam modern.
D.
Tinjauan Pustaka
Penelitian
tentang kehidupan sosial dan keagamaan umat muslim bukanlah hal yang baru,
bahkan merupakan sebuah kajian yang
sudah ada sejak zaman dulu. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya karya yang
iliah yang membahas tentang kehidupan sosial dan keagamaan umat muslim terutama
mengenai sejarah dan kehidupan sosialnya. Namun peneliti belum menemukan sebuah
karya yang membahas secara khusus membahas tentang kehidupan sosial dan
keagamaan muslim Indonesia di Nanjing Provinsi Jiangsu China Timur tahun
(2014-2017). Dengan demikian peneliti menggunakan beberapa skripsi, buku dan
jurnal untuk mendapatkan informasi tentang kehidupan sosial dan keagamaan
muslim Indonesia di Nanjing Provinsi China Timur (2014-2017).
Skripsi yang
ditulis oleh saudara Abdul Rosyid yang
berjudul “Muslim di Tiongkok, 1949-1979 M, studi tetang dinamika Etnis
minoritas Hui priode Mao Zedong” mahasisiwa UIN Sunan Kalijaga, Jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya. Skripsi yang ditulis oleh Abdul Rosyid ini menjelaskan tentang dinamika
etnis Hui yang ada di Tiongkok pada tahun 1949-1979 M. Melihat tema yang
ditulis oleh peneliti maka persamaan yang yang muncul adalah negara yang
diteliti. Sedangkan perbedaanya adalah pembahasan yang ditulis oleh peneliti
memfokuskan kepada peristiwa-peristiwa kehidupan sosial dan keagamaan umat
muslim di Nanjing China Timur pada tahun
2014-2017.
Kedua, buku
“Minoritas Muslim Dewasa ini” yang ditulis oleh M. Ali Kettani, buku ini
mengkaji tentang dinamika sosial yang dialami muslim di Tiongkok. Persamaan
dengan penelitian ini adalah terletak di kehidupan sosial kaum minoritas secara
umum. Sedangkan perbedaanya teletak pada tahun penelitian yang akan diteliti.
Ketiga, Artikel
yang ditulis oleh saudari Ulfa Khairina yang berjudul “Komunikasi Mahasiswa
Muslim Indonesia di Beijing” Mahasiswa University of China, Beijing PRT, MA
jurusan International Journalism dan Communition menjelaskan tentang komunikasi para mahasiswa muslim
Indonesia di Beijing dan hubungan antara mahasiswa muslim Indonesia di Beijing
serta nilai orang China terhadap muslim Indonesia di Beijing.
E.
Kerangka Teori
Untuk
memperkuat masalah yang akan diteliti oleh peneliti, maka penelti mengadaan studi
pustaka dengan cara mencari dan menemukan teori-teori pembahasan untuk
memperkuat dalam membahas pembahasan yang telah dipaparkan di atas.
Istilah Comunity
menurut Soekanto diartikan sebagai masyarakat setempat, istilah dimana
menunjukkan pada warga sebuah desa, kota, bangsa, masyarakat, yang terbentuk
karena adanya hubungan relasi sosial diantara anggotanya yang menjalin
kerjasama dalam mewujudkan tujuan bersama.[20]
1.
Emile Durkaim, Masyarakat sebagai kenyataan objektif dan individu
yang merupakan anggota-anggotanya
2.
Karl Marx, Melihat Masyarakat sebagai struktur yang terdapat
ketegangan sebagai akibat pertentangan antara kelas sosial sebagai akibat
pembagian nilai-nilai ekonomi yang tidak merata didalamnya.
Dari berbagai pendapat ahli sosiologi tersebut dapat disimpulkan
bahwasanya masyarakat adalah kenyataan objektif individu-individu didalam
struktur organisasi masyarakat didalamnya terdapat ketegangan akibat dari
pertentangan antar kelas sosial namun mereka mempunyai rasa persatuan yang
ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai dominan dimana mereka hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan ditinjau dari segi lokalitas masyarakat menurut Marx
dan Durkhaim.[21]
J.H. De Goede, urbanisasi dibagi menjadi empat. perpindahan
penduduk dari desa ke kota, yakni berpindahnya penduduk desa dari desa ke kota
dengan berbagai macam masalah yang dihadapi; bertambah besarnya jumlah tenaga
kerja di sektor pertanian, yakni semakin banyaknya jumlah tenaga kerja yang
bekerja di sektor pertanian; tumbuhnya pemukiman-pemukiman menjadi kota, yakni
pemukiman-pemukiman yang dibuat oleh masyarakat, semakin bertumbuh juga bisa
disebut urbanisasi; dan pengaruh kota di pedesaan sangat besar pada bidang
sosial, politik, dan budaya.[22]
Teori adalah sebuah pisau yang cocok untuk mendukung penelitian.
Peneliti menggunakan teori sosial kominitas, yang menjelaskan sebuah
masyarakat, desa, kota, suku dan bangsa. Peneliti beranggapan bahwa teori
sosial kominutas cocok untuk membantu penelitian selain itu peneliti juga
menggunakan teori sosial urbanisasi yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya urbanisasi. Kedua teori ini dianggap peneliti mendukung penelitian tentang
kehidupan sosial dan keagamaan muslim Indonesia di Nanjing Provinsi Jiangsu
China Timur tahun (2014-2017).
F.
Metode Penelitian
Kuntiwijoyo
mengatakan, bahwa metode penelitian sejarah itu ada lima tahap, yaitu;
pemilihan topik, pengumpulan sumber verivikasi, interpretasi, dan penilisan.[23]
Setiap penulisan sejarah setidaknya harus memenuhi lima tahap itu, atau empat
tahap karena pemilihan topik telah dilakukan di awal sebelum melakukan
penelitian. Begitupun dengan peneitian ini, menggunakan empat tahapan
penelitian.
Penelitian ini
merupakan jenis penelitian kepustakaan (Library Reaseach), oleh
karenanya metode pengumpulan datanya pun menggunakan dalam bentuk sumber-sumber
tertulis. Meliputi buku-buku yang membahas tentang China, baik itu, yang
membahas muslim China maupun China secara umum dan beberapa hasil penelitian
tentang China yang diunduh dari internet, baik itu, yang berbentuk buku ataupun
dalam bentuk jurnal dan artikel. Dalam hal ini penulis menggunakan metode
wawancara melalui via telepon dengan narasumber yang merupakan teman peneliti
sendiri dan tidak menggunakan metode observasi dengan berbagai alasan, seperti
keterbatasan dana dan waktu penelitian.
Setelah data
terkumpul seluruhnya, baru langkah selanjutnya dilakukan kritik data. Dalam hal
ini, untuk skunder maka kritik data yang digunakan hanya kritik intern, yaitu
dilakukan dengan cara membandingkan data dari sumber yang satu dengan yang
lain. Sedangkan untuk data hasil wawancara yang merupkan data primer maka
peneilti melakukan kritik interen dan eksteren melalui gambar-gambar yang
dikirimkan dan keabsahan dokumen pendukung.
Sebelum data
yang terkumpul dijadikan fakta (penulisan sejarah). Maka terlebih dahulu perlu
dilakukan analisis data. Untuk membantu menganalisis data, Sesuai dengan
pendekatan yang digunakan yakni pendekatan
sosial, maka dalam penelitian ini peneliti
meminjam beberapa teori sosial yang digunakan sebagai ‘pisau analisis’
tentunya untuk menganalisis masalah
penelitian dalam rumusan masalah.
Sebagai langkah
terahir dalam penelitian ini adalah historiografi, yakni penyusunan data
menjadi fakta, seluru informasi yang telah melalui proses metode penelitian pada akhirnya ditulis dan
disajikan di atas kertas menjadi sebuah karya penelitian.
G.
Sistematika Pembahasan
Agar
pembahasan ini mudah dipahami dan sistematis, maka penulisan dalam penelitian
ini dibagi menjadi lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang menyajikan latar
belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
tinjaun pustaka, kerangka berfikir, metode penelitian, dan sistematika
pembahasan. Uraian ini merupakan dasar atau landasan pemikiran untuk bab-bab
selanjutnya.
Bab II
mendiskripsikan tentang gambaran umum muslim Indonesia di Nanjing Provinsi
Jiangsu China Timur tahun 2014-2017. Dalam bab ini akan menjelaskan tentang
sejarah masuknya etnis muslim Indonesia ke China dan motif kedatanganya.
Bab III
menjelaskan tentang kehidupan sosial dan keagamaan muslim Indonesia di Nanjing
provinsi Jiangsu China Timur 2014-2017 meliputi profesi dan statusnya.
Bab IV
membahas tentang peranan muslim Indonesia di Nanjing provinsi Jiangsu China
Timur dalam mempererat persadaraan dengan sesama muslim Indonesia meliputi
organisasi, kegiatan, program dan visi, misi
Bab V
merupakan penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan dari semua pembahasan dan
jawaban dari keseluruhan masalah yang sudah dirumuskan dalam rumusan masalah
pada Bab I. Selain kesimpulan terdapat saran dan kata penutup agar menjadi
bahan pertimbangan serta perbaikan penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
2018. “China”. Dalam Wikipedia.co.id Diakses Pada 14-03-18.
Kuntowijiyo.
2005. Sang Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bintnag Pustaka.
Soekanto. 2015. Soerjono. Sosiologi
Suatu Penghantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suriatiusman.2014.
“Seputar Teori Urbanisasi”. Dalam suriatiusman.wodpress.co.id Diakses 14-03-18
Ulfa Khairina.
2017. “Komunikasi Mahasiswa Muslim Indonesia di Beijing”. Dalam Jurnal Ar-raniry.ac.id Diakses Pada 14-03-2018.
2018.
“Nanjing”. Dalam Wikipedia.co.id Diakses Pada 14-03-18.
2018.
“Diaspora”. Dalam Wikipedia.co.id Diakses Pada 14-03-18.
2018. “Orang
Indonesia di Perantauhan”. Dalam Wikipedia.co.id Diakses Pada 14-03-18.
2018.
“Minoritas”. Dalam KBBI.co.id Diakses Pada 14-03-18
DAFTAR
ISI SEMENTARA
BAB I:
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah...............................................................................................
B. Batasan
dan Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan
dan Kegunaan Penelitian..................................................................................
D. Tinjauan
Pustaka..........................................................................................................
E. Kerangka
Berfikir.........................................................................................................
F. Metode
Penelitian........................................................................................................
G. Sistematika
Pembahasan..............................................................................................
BAB II:
GAMBARAN UMUM MUSLIM INDONESIA DI NANJING PROVINSI JIANGSU CHINA TIMUR TAHUN
2014-2017
A. Sejarah
Masuknya Etnis Muslim Indonesia di Nanjing ..............................................
B. Motif
Kedataganya.......................................................................................................
BAB
III: KEHIDUPAN SOSIAL DAN KEAGAMAAN MUSLIM INDONESIA DI NANJING PROVINSI
JIANGSU CHINA TIMUR 2014-2017
A. Profesi
Muslim Indonesia di Nanjing..........................................................................
B. Setatus
Politik Muslim Indonesia di Nanjing .............................................................
BAB IV:
PERANAN MUSLIM INDONESIA DI NANJING PROVINSI JIANGSU CHINA TIMUR TAHUN
2014-2017 DALAM MEMPERERAT PERSAUDARAAN DENGAN SESAMA MUSLIM INDONESIA
A. Organisasi...................................................................................................................
B. Kegiatan......................................................................................................................
C. Program.......................................................................................................................
D. Visi
dan Misi..............................................................................................................
BAB V:
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
[1] Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[2]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[3]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[4]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[5] Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.Diakses
pada 14,03,18.
[6]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[7]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[8]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[9]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18.
[10]Ulfa Khairina. “Komunikasi Mahasiswa Muslim Indonesia di Beijing”.
Dalam Jurnal. Ar-raniry.ac.id. Diakses pada 03,04,18.
[11]Ulfa Khairina. “Komunikasi Mahasiswa Muslim Indonesia di Beijing”.
Dalam Jurnal. Ar-raniry.ac.id. Diakses pada 03,04,18.
[12]Nama penulis tidak diketahui. “China”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[13]Nama penulis tidak diketahui. “Nanjing”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[14]Nama penulis tidak diketahui. “Diaspora”. Dalam Wikipedia.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[15]Nama penulis tidak diketahui. “Orang Indonesia di Perantauan”. Dalam KBBI.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[16]Nama penulis tidak diketahui. “Orang Indonesia di Perantauan”. Dalam KBBI.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[17]Nama penulis tidak diketahui. “Orang Indonesia di Perantauan”. Dalam KBBI.co.id.
Diakses pada
[18]Nama penulis tidak diketahui. “Orang Indonesia di Perantauan”. Dalam KBBI.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[19]Nama penulis tidak diketahui. “Minoritas”. Dalam KBBI.co.id.
Diakses pada 14,03,18
[20]Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2015, Hlm. 140
[21] Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2015, Hlm. 140.
[22]Suriatiusman. “Seputar Teori Urbanisasi”. Dalam Suriatiusman.wodpress.co.id
Diakses pada 14,03,18
[23]Kuntowijoyo. Penghantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bintang
Pustaka. 2005. Hlm. 90.
0 Response to "Contoh Proposal Penelitian Sejarah Metode Kuantitatif"